1.3 PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU, PENDEKATAN SAINTIFIK, MODEL-MODEL PEMBELAJARAN, DAN PENILAIAN AUTENTIK



1.3 PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU, PENDEKATAN SAINTIFIK,
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN, DAN PENILAIAN AUTENTIK


A.    PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU
sifatnya memandu peserta didik mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi
Ada sepuluh elemen yang terkait dengan hal ini dan perlu ditingkatkan oleh guru.
1.      Mereduksi tingkat kealpaan atau bernilai tambah berpikir reflektif.
2.      Memberkaya sensori pengalaman di bidang sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
3.      Menyajikan isi atau substansi pembelajaran yang bermakna.
4.      Lingkungan yang memperkaya pembelajaran.
5.      Bergerak memacu pembelajaran (Movement to Enhance Learning).
6.      Membuka pilihan-pilihan.
7.      Optimasi waktu secara tepat.
8.      Kolaborasi.
9.      Umpan balik segera.
10.  Ketuntasan atau aplikasi.

1.      Fungsi dan Tujuan
Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan bermakna bagi peserta didik.

Tujuan pembelajaran  tematik terpadu adalah:
a.       mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu;
b.      mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi muatan pelajaran dalam tema yang sama;
c.       memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
d.      mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan berbagai muatan pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik;
e.       lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain;
f.       lebih  merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas;
g.      guru  dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan; dan
h.      budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.
2.      Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Terpadu
a.       Berpusat pada anak.
b.      Memberikan pengalaman langsung pada anak.
c.       Pemisahan antar  muatan pelajaran tidak begitu jelas (menyatu dalam satu pemahaman dalam kegiatan).
d.      Menyajikan konsep dari berbagai pelajaran dalam satu proses pembelajaran (saling terkait antar muatan pelajaran yang satu dengan lainnya).
e.       Bersifat luwes (keterpaduan berbagai muatan pelajaran).
f.       Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak (melalui penilaian proses dan hasil belajarnya).



3.      Kekuatan Tema dalam Proses Pembelajaran
. Pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran dapat  memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik.
4.      Peran Tema dalam Proses Pembelajaran
Tema berperan sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran dengan memadukan beberapa muatan pelajaran sekaligus. Adapun muatan pelajaran yang dipadukan adalah muatan pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia,  IPS,IPA,  Matematika,  Seni Budaya danPrakarya,serta Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan.  Dalam Kurikulum 2013, tema sudah disiapkan oleh pemerintah dan sudah dikembangkan menjadi subtema
5. Tahapan Pembelajaran Tematik Terpadu
1. Guru harus mengacu pada tema sebagai pemersatu berbagai muatan pelajaran untuk satu tahun.
2.Guru melakukan analisis Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar
dan membuat indikator dengan tetap memperhatikan muatan materi dari Standar Isi.
3. Membuat hubungan pemetaan antara kompetensi dasar dan indikator dengan tema.
4. Membuat jaringan KD, indikator.
5. Menyusun silabus tematik dan
6. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu dengan menerapkan pendekatan saintifik.
Untuk lebih jelasnya akan dibahas di bawah ini.
a.       Memilih/Menetapkan  Tema
Dibawah ini adalah  tema-tema yang telah disiapkan untuk peserta didik Sekolah Dasar kelas I dan IV serta kelas II dan V pada Kurikulum 2013.

Tabel 1.5 Tema-Tema di Sekolah Dasar
KELAS I
KELAS IV
1.      Diriku
2.      Kegemaranku
3.      Kegiatanku
4.      Keluargaku
5.      Pengalamanku
6.      Lingkungan Bersih, Sehat, dan Asri
7.      Benda, Hewan dan Tanaman di Sekitar
8.      Peristiwa alam
1.      Indahnya Kebersamaan
2.      Selalu Berhemat Energi
3.      Peduli terhadap Makhluk Hidup
4.      Berbagai Pekerjaan
5.      Pahlawanku
6.      Indahnya Negeriku
7.      Cita-citaku
8.      Tempat Tinggalku
9.      Makananku Sehat dan Bergizi
KELAS II
KELAS V
1.      Hidup Rukun
2.      Bermain di Lingkunganku
3.      Tugasku Sehari-hari
4.      Aku dan Sekolahku
5.      Hidup Bersih dan Sehat
6.      Air, Bumi, dan Matahari
7.      Merawat Hewan dan Tumbuhan
8.      Keselamatan di Rumah dan Perjalanan
1.      Benda-benda di Lingkungan Sekitar
2.      Peristiwa dalam Kehidupan
3.      Kerukunan dalam Bermasyarakat
4.      Sehat itu Penting
5.      Bangga sebagai Bangsa Indonesia
6.      Organ Tubuh Manusia dan Hewan
7.      Sejarah Peradaban Indonesia
8.      Ekosistem
9.      Akrab dengan Lingkungan





b.    Melakukan Analisis SKL, KI,  Kompetensi Dasar dan  Membuat  Indikator
c.    Membuat Hubungan Pemetaan antara  Kompetensi Dasar dan Indikator dengan Tema
d.   Membuat Jaringan Kompetensi Dasar
e.    Menyusun Silabus Tematik Terpadu
f.     Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu

B.     PENDEKATAN SAINTIFIK

1.      Esensi Pendekatan Saintifik/ Pendekatan Ilmiah

Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi ide yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya.
Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Metode ilmiah pada umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi, eksperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.

2.      Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah

MenurutPermendikbudNomor 81 ATahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaranterdiriatas lima pengalamanbelajarpokokyaitu:
a.    mengamati;
b.    menanya;
c.    mengumpulkaninformasi/eksperimen;
d.   mengasosiasikan/mengolah informasi; dan
e.    mengkomunikasikan.
Tabel1.6KeterkaitanantaraLangkahPembelajarandenganKegiatanBelajardanMaknanya
LangkahPembelajaran
KegiatanBelajar
KompetensiyangDikembangkan
Mengamati
Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpaataudenganalat)
Melatihkesungguhan, ketelitian, mencariinformasi
Menanya
Mengajukanpertanyaantentanginformasi yang tidakdipahamidariapa yang diamatiataupertanyaanuntukmendapatkaninformasitambahantentangapa yang diamati
(dimulaidaripertanyaanfaktualsampaikepertanyaan yang bersifathipotetik)
Mengembangkankreativitas, rasa ingintahu, kemampuanmerumuskanpertanyaanuntukmembentukpikirankritis yang perlu
untukhidupcerdasdanbelajarsepanjanghayat
Mengumpulkaninformasi/ eksperimen

-     melakukaneksperimen
-     membacasumber lain selainbukuteks
-     mengamatiobjek/ kejadian/
-     aktivitas
-     wawancaradengannarasumber

Mengembangkansikapteliti, jujur,sopan, menghargaipendapat orang lain, kemampuanberkomunikasi, menerapkankemampuanmengumpulkaninformasimelaluiberbagaicara yang dipelajari, mengembangkankebiasaanbelajardanbelajarsepanjanghayat.
Mengasosiasikan/
mengolahinformasi
-     mengolahinformasi yang sudahdikumpulkanbaikterbatasdarihasilkegiatanmengumpulkan/eksperimenmau pun hasildarikegiatanmengamatidankegiatanmengumpulkaninformasi.
-     Pengolahaninformasi yang dikumpulkandari yang bersifatmenambahkeluasandankedalamansampaikepadapengolahaninformasi yang bersifatmencarisolusidariberbagaisumber yang memilikipendapat yang berbedasampaikepada yang bertentangan.
Mengembangkansikapjujur, teliti, disiplin, taataturan, kerjakeras, kemampuanmenerapkanprosedurdankemampuanberpikirinduktifsertadeduktifdalammenyimpulkan .

Mengkomunikasikan

Menyampaikanhasilpengamatan, kesimpulanberdasarkanhasilanalisissecaralisan, tertulis, atau media lainnya

Mengembangkansikapjujur, teliti, toleransi, kemampuanberpikirsistematis, mengungkapkanpendapatdengan
singkatdanjelas, danmengembangkankemampuanberbahasa yang baikdanbenar.



1.      Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
a.      Konsep/Definisi
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
b.      Fakta Empirik Keberhasilan
Kelebihan dan kekurangan pada penerapan Pembelajaran Berbasis Proyekdapat dijelaskan berikut ini.
Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
1)      Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar dan mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting.
2)      Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
3)      Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
4)      Meningkatkan kolaborasi.
5)      Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan berkomunikasi.
6)      Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam mengelola sumber.
7)      Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
8)      Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
9)      Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
10)  Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek
1)      Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
2)      Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
3)      Banyak guru yang merasa nyaman dengan kelas tradisional di mana guru memegang peran utama di kelas.
4)      Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
5)      Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
6)      Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
7)      Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan

















c.       Langkah-langkah Operasional
Langkah langkah pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dijelaskan dengan diagram sebagai berikut.


Diagram 1.1 Langkah langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek

d.      Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek
Penilaian pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis Proyek harus diakukan secara menyeluruh terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa dalam melaksanakan pembelajaran berbasis proyek. Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek dapat menggunakan teknik penilaian yang dikembangkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu penilaian proyek atau penilaian produk. Penilaian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

a)      Pengertian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
(1)   Kemampuan pengelolaan

(2)   Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran,
b)     Teknik Penilaian Proyek
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek.

a)      Pengertian
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk.
Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
(1)   Tahap persiapan,.
(2)   Tahap pembuatan produk (proses),.
(3)   Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.







b)     Teknik Penilaian Produk
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
(1)      Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal.
(2)      Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.


2.      Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
a.      Konsep/Definisi
1)      Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah
2)      Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar,” bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.
adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan
Berikut ini lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL).
1)      Permasalahan sebagai kajian.
2)      Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman.
3)      Permasalahan sebagai contoh.
4)      Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses.
5)      Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik.
Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan berikut ini.
Tabel 1.7 Peran Guru, Peserta Didik dan Masalah dalam PBL
Guru sebagai Pelatih
Peserta Didik sebagai Problem Solver
Masalah sebagai Awal Tantangan dan Motivasi
o  Asking about thinking (bertanya tentang pemikiran).
o  Memonitor pembelajaran.
o  Probbing ( menantang peserta didik untuk berpikir ).
o  Menjaga agar peserta didik terlibat.
o  Mengatur dinamika kelompok.
o  Menjaga berlangsungnya proses.
o  Peserta yang aktif.
o  Terlibat langsung dalam pembelajaran.
o  Membangun pembelajaran.
o  Menarik untuk dipecahkan.
o  Menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari.


















b.      Tahap-tahap Model PBL
Tabel 1.8 Tahapan-Tahapan Model PBL
FASE-FASE
PERILAKU GURU
Fase 1
Orientasi siswa kepada masalah.
·      Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yg dibutuhkan.
·      Memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih.
Fase 2
Mengorganisasikan siswa.
Membantu siswa mendefinisikan danmengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Fase 3
Membimbing penyelidikan individu dan kelompok.
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model dan berbagi tugas dengan teman.
Fase 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari /meminta kelompok presentasi hasil kerja.



c.       Penilaian Pembelajaran Berbasis Masalah
Penilaian dapat dilakukan dengan portfolio

3.      Pembelajaran Berbasis Penemuan (Discovery  Learning)
a.      Definisi/Konsep
Model Discovery Learning adalah didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri.
Model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan
Fakta Empirik Keberhasilan Pendekatan dalam Proses dan Hasil Pembelajaran
Berdasarkan fakta dan hasil pengamatan, penerapan pendekatan Discovery Learning dalam pembelajaran memiliki kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan.
1)      Kelebihan Penerapan  Discovery Learning
(a)    Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
(b)   Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
(c)    Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
(d)   Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannyasendiri.
(e)    Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
(f)    Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
(g)   Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
(h)   Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah padakebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
(i)     Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
(j)     Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru.
(k)   Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
(l)     Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
(m) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.
(n)   Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
(o)   Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya.
(p)   Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
(q)   Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
(r)     Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

2)      Kelemahan Penerapan Discovery Learning
(a)    Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
(b)   Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
(c)    Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
(d)   Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
(e)    Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa
(f)    Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

b.      Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran
1)      Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
2)      Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah)
3)      Data Collection (Pengumpulan Data)
4)      Data Processing (Pengolahan Data)
5)      Verification (Pembuktian)
6)      Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)

c.       Penilaian pada Model Pembelajaran Discovery Learning
Dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun nontes, sedangkan penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa.










D.    PENILAIAN  AUTENTIK
1.      Pengertian Penilaian Autentik
Penilaian autentik adalah suatu istilah/terminologi yang diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode penilaian alternatif yang memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas dan menyelesaikan masalah. Sekaligus, mengekspresikan pengetahuan dan keterampilannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam dunia nyata di luar lingkungan
proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktivitas yang relevan dalam pembelajaran.  

2.      Penilaian Autentik dan Belajar Autentik
Menurut Ormiston, belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang dilakukan oleh peserta didik dikaitkan dengan realitas di luar sekolah atau kehidupan pada umumnya. Penilaian semacam ini cenderung berfokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual bagi peserta didik, yang memungkinkan mereka secara nyata menunjukkan kompetensi atau keterampilan yang dimilikinya.
. Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu seperti disajikan berikut ini.
a.       Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain pembelajaran.
b.      Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumberdaya memadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan.
c.       Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikan pemahaman peserta didik.
d.      Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas dengan menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.

3.      Jenis-jenis Penilaian Autentik
a.      Penilaian Sikap
b.      Penilaian Pengetahuan
c.       Penilaian Keterampilan

Comments

Popular Posts