konsep pembelajaran tematik terpadu
PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU, PENDEKATAN
SAINTIFIK,
MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN, DAN PENILAIAN AUTENTIK
A.
PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU
sifatnya
memandu peserta didik mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi
Ada
sepuluh elemen yang terkait dengan hal ini dan perlu
ditingkatkan oleh guru.
1.
Mereduksi
tingkat kealpaan atau bernilai tambah berpikir reflektif.
2.
Memberkaya
sensori pengalaman di bidang sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
3.
Menyajikan
isi atau substansi pembelajaran yang bermakna.
4.
Lingkungan
yang memperkaya pembelajaran.
5.
Bergerak
memacu pembelajaran (Movement
to Enhance Learning).
6.
Membuka
pilihan-pilihan.
7.
Optimasi waktu secara tepat.
8.
Kolaborasi.
9.
Umpan
balik segera.
10.
Ketuntasan
atau aplikasi.
1.
Fungsi dan Tujuan
Pembelajaran
tematik terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan
bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung
dalam tema serta dapat menambah semangat belajar karena materi yang dipelajari
merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan bermakna bagi peserta didik.
Tujuan pembelajaran tematik terpadu adalah:
a.
mudah
memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu;
b.
mempelajari
pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi muatan pelajaran dalam tema
yang sama;
c.
memiliki
pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
d.
mengembangkan
kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan berbagai muatan pelajaran
lain dengan pengalaman pribadi peserta didik;
e.
lebih bergairah
belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti
bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain;
f.
lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena
materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas;
g.
guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran
yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam
2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan; dan
h.
budi pekerti dan
moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai
budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.
2.
Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Terpadu
a.
Berpusat
pada anak.
b.
Memberikan
pengalaman langsung pada anak.
c.
Pemisahan
antar muatan pelajaran tidak begitu
jelas (menyatu dalam satu pemahaman dalam kegiatan).
d.
Menyajikan
konsep dari berbagai pelajaran dalam satu proses pembelajaran (saling terkait
antar muatan pelajaran yang satu dengan lainnya).
e.
Bersifat
luwes (keterpaduan berbagai muatan pelajaran).
f.
Hasil
pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak (melalui
penilaian proses dan hasil belajarnya).
3.
Kekuatan Tema dalam Proses Pembelajaran
. Pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata
pelajaran dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada peserta didik.
4.
Peran Tema dalam Proses Pembelajaran
Tema berperan sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran
dengan memadukan beberapa muatan pelajaran
sekaligus. Adapun muatan pelajaran yang dipadukan adalah muatan pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia,
IPS,IPA, Matematika, Seni Budaya danPrakarya,serta Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan. Dalam Kurikulum
2013, tema sudah disiapkan oleh pemerintah dan sudah dikembangkan menjadi subtema
5. Tahapan
Pembelajaran Tematik Terpadu
1.
Guru harus mengacu pada tema sebagai
pemersatu berbagai muatan pelajaran untuk satu tahun.
2.Guru melakukan analisis Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar
dan membuat
indikator
dengan tetap memperhatikan muatan materi dari Standar Isi.
3. Membuat hubungan pemetaan antara kompetensi dasar dan indikator dengan
tema.
4. Membuat jaringan KD, indikator.
5. Menyusun
silabus
tematik dan
6. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu
dengan menerapkan pendekatan saintifik.
Untuk lebih
jelasnya akan dibahas di bawah ini.
a. Memilih/Menetapkan Tema
Dibawah ini
adalah tema-tema yang telah disiapkan
untuk peserta didik Sekolah Dasar kelas I dan IV serta kelas II dan V pada Kurikulum 2013.
Tabel 1.5 Tema-Tema di Sekolah Dasar
KELAS I
|
KELAS IV
|
||
1.
Diriku
2. Kegemaranku
3. Kegiatanku
4. Keluargaku
5. Pengalamanku
6. Lingkungan Bersih, Sehat, dan Asri
7. Benda, Hewan dan Tanaman di Sekitar
8. Peristiwa alam
|
1.
Indahnya Kebersamaan
2.
Selalu Berhemat Energi
3.
Peduli terhadap Makhluk Hidup
4.
Berbagai Pekerjaan
5.
Pahlawanku
6.
Indahnya Negeriku
7.
Cita-citaku
8.
Tempat Tinggalku
9.
Makananku Sehat dan Bergizi
|
||
KELAS II
|
KELAS V
|
||
|
|
b. Melakukan Analisis SKL, KI,
Kompetensi Dasar dan Membuat Indikator
c. Membuat Hubungan Pemetaan antara
Kompetensi Dasar dan Indikator dengan Tema
d. Membuat Jaringan Kompetensi Dasar
e. Menyusun Silabus Tematik Terpadu
f. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu
B.
PENDEKATAN SAINTIFIK
1. Esensi Pendekatan Saintifik/ Pendekatan Ilmiah
Penalaran
deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik.
Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk
kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif
menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi ide yang lebih luas. Metode
ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail
untuk kemudian merumuskan simpulan umum. Metode ilmiah merujuk pada
teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala,
memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan
sebelumnya.
Untuk
dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method
of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur
dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Metode ilmiah pada umumnya
memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi, eksperimen,
mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji
hipotesis.
2. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah
MenurutPermendikbudNomor 81 ATahun 2013 lampiran IV,
proses
pembelajaranterdiriatas lima pengalamanbelajarpokokyaitu:
a.
mengamati;
b.
menanya;
c.
mengumpulkaninformasi/eksperimen;
d.
mengasosiasikan/mengolah
informasi;
dan
e. mengkomunikasikan.
Tabel1.6KeterkaitanantaraLangkahPembelajarandenganKegiatanBelajardanMaknanya
LangkahPembelajaran
|
KegiatanBelajar
|
KompetensiyangDikembangkan
|
Mengamati
|
Membaca,
mendengar, menyimak, melihat (tanpaataudenganalat)
|
Melatihkesungguhan,
ketelitian, mencariinformasi
|
Menanya
|
Mengajukanpertanyaantentanginformasi
yang tidakdipahamidariapa yang
diamatiataupertanyaanuntukmendapatkaninformasitambahantentangapa yang diamati
(dimulaidaripertanyaanfaktualsampaikepertanyaan
yang bersifathipotetik)
|
Mengembangkankreativitas,
rasa ingintahu, kemampuanmerumuskanpertanyaanuntukmembentukpikirankritis yang
perlu
untukhidupcerdasdanbelajarsepanjanghayat
|
Mengumpulkaninformasi/
eksperimen
|
- melakukaneksperimen
- membacasumber lain
selainbukuteks
- mengamatiobjek/
kejadian/
- aktivitas
- wawancaradengannarasumber
|
Mengembangkansikapteliti,
jujur,sopan, menghargaipendapat orang lain, kemampuanberkomunikasi,
menerapkankemampuanmengumpulkaninformasimelaluiberbagaicara yang dipelajari,
mengembangkankebiasaanbelajardanbelajarsepanjanghayat.
|
Mengasosiasikan/
mengolahinformasi
|
- mengolahinformasi
yang sudahdikumpulkanbaikterbatasdarihasilkegiatanmengumpulkan/eksperimenmau
pun hasildarikegiatanmengamatidankegiatanmengumpulkaninformasi.
- Pengolahaninformasi
yang dikumpulkandari yang
bersifatmenambahkeluasandankedalamansampaikepadapengolahaninformasi yang
bersifatmencarisolusidariberbagaisumber yang memilikipendapat yang
berbedasampaikepada yang bertentangan.
|
Mengembangkansikapjujur,
teliti, disiplin, taataturan, kerjakeras, kemampuanmenerapkanprosedurdankemampuanberpikirinduktifsertadeduktifdalammenyimpulkan
.
|
Mengkomunikasikan
|
Menyampaikanhasilpengamatan,
kesimpulanberdasarkanhasilanalisissecaralisan, tertulis, atau media lainnya
|
Mengembangkansikapjujur,
teliti, toleransi, kemampuanberpikirsistematis, mengungkapkanpendapatdengan
singkatdanjelas,
danmengembangkankemampuanberbahasa yang baikdanbenar.
|
1.
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
a.
Konsep/Definisi
Pembelajaran
Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah model pembelajaran yang menggunakan
proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian,
interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil
belajar.
b.
Fakta Empirik Keberhasilan
Kelebihan dan kekurangan pada penerapan Pembelajaran Berbasis Proyekdapat dijelaskan berikut ini.
Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
1) Meningkatkan motivasi belajar
peserta didik untuk belajar dan mendorong kemampuan mereka untuk melakukan
pekerjaan penting.
2) Meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah.
3) Membuat peserta didik menjadi lebih
aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
4) Meningkatkan kolaborasi.
5) Mendorong peserta didik untuk
mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan berkomunikasi.
6) Meningkatkan keterampilan peserta
didikdalam mengelola sumber.
7) Memberikan pengalaman kepada peserta
didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek dan membuat alokasi
waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
8) Menyediakan pengalaman belajar yang
melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai
dunia nyata.
9) Melibatkan para peserta didik untuk
belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian
diimplementasikan dengan dunia nyata.
10) Membuat suasana belajar menjadi
menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses
pembelajaran.
Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek
1) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan
masalah.
2) Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
3) Banyak guru yang merasa nyaman
dengan kelas tradisional di mana guru memegang peran utama di kelas.
4) Banyaknya peralatan yang harus
disediakan.
5) Peserta didik yang memiliki
kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
6) Ada kemungkinan peserta didik yang
kurang aktif dalam kerja kelompok.
7) Ketika topik yang diberikan kepada
masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami
topik secara keseluruhan
c.
Langkah-langkah Operasional
Langkah langkah
pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dijelaskan dengan diagram
sebagai berikut.
Diagram 1.1 Langkah langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek
d.
Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek
Penilaian pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis Proyek harus diakukan
secara menyeluruh terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
siswa dalam melaksanakan pembelajaran berbasis proyek. Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek dapat menggunakan
teknik penilaian yang dikembangkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan yaitu penilaian proyek atau penilaian produk.
Penilaian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
a)
Pengertian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal
yang perlu dipertimbangkan yaitu:
(1) Kemampuan pengelolaan
(2) Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran,
b)
Teknik Penilaian Proyek
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan,
sampai hasil akhir proyek.
a)
Pengertian
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas
suatu produk.
Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan
penilaian yaitu:
(1) Tahap persiapan,.
(2) Tahap pembuatan produk (proses),.
(3) Tahap penilaian produk (appraisal),
meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang
ditetapkan.
b)
Teknik Penilaian Produk
Penilaian produk biasanya menggunakan cara
holistik atau analitik.
(1) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan
keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal.
(2) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek
produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua
tahap proses pengembangan.
2. Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
a. Konsep/Definisi
1) Pembelajaran berbasis masalah
merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah
2) Pembelajaran berbasis masalah
merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar
bagaimana belajar,” bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari
permasalahan dunia nyata.
adanya pemberian rangsangan berupa
masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan
Berikut ini lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL).
1) Permasalahan sebagai
kajian.
2) Permasalahan sebagai
penjajakan pemahaman.
3) Permasalahan sebagai
contoh.
4) Permasalahan sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari proses.
5) Permasalahan sebagai
stimulus aktivitas autentik.
Peran guru, peserta
didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah
dapat digambarkan berikut ini.
Tabel 1.7 Peran Guru, Peserta Didik dan Masalah
dalam PBL
Guru
sebagai Pelatih
|
Peserta
Didik sebagai Problem Solver
|
Masalah
sebagai Awal Tantangan dan Motivasi
|
o
Asking
about thinking (bertanya tentang pemikiran).
o
Memonitor pembelajaran.
o
Probbing
( menantang peserta didik untuk berpikir ).
o
Menjaga agar peserta didik terlibat.
o
Mengatur dinamika kelompok.
o
Menjaga
berlangsungnya proses.
|
o
Peserta
yang aktif.
o
Terlibat langsung dalam pembelajaran.
o
Membangun pembelajaran.
|
o
Menarik untuk dipecahkan.
o
Menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya
dengan pelajaran yang dipelajari.
|
b. Tahap-tahap Model PBL
Tabel 1.8 Tahapan-Tahapan Model
PBL
FASE-FASE
|
PERILAKU GURU
|
Fase 1
Orientasi
siswa kepada masalah.
|
· Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yg
dibutuhkan.
· Memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pemecahan
masalah yang dipilih.
|
Fase 2
Mengorganisasikan
siswa.
|
Membantu
siswa mendefinisikan danmengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
|
Fase 3
Membimbing
penyelidikan individu dan kelompok.
|
Mendorong
siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
|
Fase 4
Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya.
|
Membantu
siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
model dan berbagi tugas dengan teman.
|
Fase 5
Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
|
Mengevaluasi
hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari /meminta kelompok
presentasi hasil kerja.
|
c. Penilaian Pembelajaran Berbasis Masalah
Penilaian dapat dilakukan dengan portfolio
3. Pembelajaran
Berbasis Penemuan (Discovery Learning)
a.
Definisi/Konsep
Model Discovery Learning adalah didefinisikan sebagai proses pembelajaran
yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk
finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri.
Model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan,
melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan
Fakta Empirik Keberhasilan Pendekatan dalam Proses dan Hasil Pembelajaran
Berdasarkan fakta dan hasil pengamatan,
penerapan pendekatan Discovery Learning
dalam pembelajaran memiliki kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan.
1)
Kelebihan Penerapan Discovery Learning
(a) Membantu
siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan
proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini,
seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
(b) Pengetahuan
yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan
pengertian, ingatan dan transfer.
(c) Menimbulkan
rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
(d) Model
ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan
kecepatannyasendiri.
(e) Menyebabkan
siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan
motivasi sendiri.
(f) Membantu
siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama
dengan yang lainnya.
(g) Berpusat
pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan.
Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam
situasi diskusi.
(h) Membantu
siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah padakebenaran
yang final dan tertentu atau pasti.
(i) Siswa akan mengerti konsep dasar dan
ide-ide lebih baik.
(j) Membantu dan mengembangkan ingatan
dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru.
(k) Mendorong siswa berpikir dan bekerja
atas inisiatif sendiri.
(l) Mendorong siswa berpikir intuisi dan
merumuskan hipotesis sendiri.
(m) Memberikan keputusan yang bersifat
intrinsik.
(n) Situasi proses belajar menjadi lebih
terangsang.
(o) Proses belajar meliputi sesama
aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya.
(p) Meningkatkan tingkat penghargaan
pada siswa.
(q) Kemungkinan siswa belajar dengan
memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
(r) Dapat mengembangkan bakat dan
kecakapan individu.
2)
Kelemahan Penerapan Discovery Learning
(a) Menimbulkan
asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai,
akan mengalami kesulitan abstrak atau berpikir atau mengungkapkan hubungan
antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan
menimbulkan frustasi.
(b)
Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang
banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan
teori atau pemecahan masalah lainnya.
(c)
Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini
dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan
cara-cara belajar yang lama.
(d)
Pengajaran discovery lebih cocok untuk
mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan
emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
(e)
Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang
fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa
(f)
Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk
berpikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu
oleh guru.
b.
Langkah-langkah
Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran
1) Stimulation
(Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
2) Problem
Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah)
3) Data Collection
(Pengumpulan Data)
4) Data Processing (Pengolahan
Data)
5) Verification (Pembuktian)
6) Generalization (Menarik
Kesimpulan/Generalisasi)
c.
Penilaian pada Model
Pembelajaran Discovery Learning
Dapat dilakukan dengan menggunakan tes
maupun nontes, sedangkan penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian
kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa.
D.
PENILAIAN AUTENTIK
1. Pengertian Penilaian Autentik
Penilaian
autentik adalah suatu istilah/terminologi yang diciptakan untuk menjelaskan
berbagai metode penilaian alternatif yang memungkinkan siswa dapat
mendemonstrasikan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas dan
menyelesaikan masalah. Sekaligus, mengekspresikan pengetahuan dan
keterampilannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam
dunia nyata di luar lingkungan
proses
evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap
peserta didik pada aktivitas yang relevan dalam pembelajaran.
2.
Penilaian
Autentik dan Belajar Autentik
Menurut
Ormiston, belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang
dilakukan oleh peserta didik dikaitkan dengan realitas di luar sekolah atau
kehidupan pada umumnya. Penilaian semacam ini cenderung berfokus pada
tugas-tugas kompleks atau kontekstual bagi peserta didik, yang memungkinkan
mereka secara nyata menunjukkan kompetensi atau keterampilan yang dimilikinya.
.
Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria
tertentu seperti disajikan berikut ini.
a.
Mengetahui
bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain
pembelajaran.
b.
Mengetahui
bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan mereka
sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumberdaya memadai
bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan.
c.
Menjadi
pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikan
pemahaman peserta didik.
d.
Menjadi
kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas dengan
menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.
3. Jenis-jenis Penilaian Autentik
a.
Penilaian Sikap
b.
Penilaian
Pengetahuan
MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN, DAN PENILAIAN AUTENTIK
A.
PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU
sifatnya
memandu peserta didik mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi
Ada
sepuluh elemen yang terkait dengan hal ini dan perlu
ditingkatkan oleh guru.
1.
Mereduksi
tingkat kealpaan atau bernilai tambah berpikir reflektif.
2.
Memberkaya
sensori pengalaman di bidang sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
3.
Menyajikan
isi atau substansi pembelajaran yang bermakna.
4.
Lingkungan
yang memperkaya pembelajaran.
5.
Bergerak
memacu pembelajaran (Movement
to Enhance Learning).
6.
Membuka
pilihan-pilihan.
7.
Optimasi waktu secara tepat.
8.
Kolaborasi.
9.
Umpan
balik segera.
10.
Ketuntasan
atau aplikasi.
1.
Fungsi dan Tujuan
Pembelajaran
tematik terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan
bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung
dalam tema serta dapat menambah semangat belajar karena materi yang dipelajari
merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan bermakna bagi peserta didik.
Tujuan pembelajaran tematik terpadu adalah:
a.
mudah
memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu;
b.
mempelajari
pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi muatan pelajaran dalam tema
yang sama;
c.
memiliki
pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
d.
mengembangkan
kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan berbagai muatan pelajaran
lain dengan pengalaman pribadi peserta didik;
e.
lebih bergairah
belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti
bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain;
f.
lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena
materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas;
g.
guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran
yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam
2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan; dan
h.
budi pekerti dan
moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai
budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.
2.
Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Terpadu
a.
Berpusat
pada anak.
b.
Memberikan
pengalaman langsung pada anak.
c.
Pemisahan
antar muatan pelajaran tidak begitu
jelas (menyatu dalam satu pemahaman dalam kegiatan).
d.
Menyajikan
konsep dari berbagai pelajaran dalam satu proses pembelajaran (saling terkait
antar muatan pelajaran yang satu dengan lainnya).
e.
Bersifat
luwes (keterpaduan berbagai muatan pelajaran).
f.
Hasil
pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak (melalui
penilaian proses dan hasil belajarnya).
3.
Kekuatan Tema dalam Proses Pembelajaran
. Pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata
pelajaran dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada peserta didik.
4.
Peran Tema dalam Proses Pembelajaran
Tema berperan sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran
dengan memadukan beberapa muatan pelajaran
sekaligus. Adapun muatan pelajaran yang dipadukan adalah muatan pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia,
IPS,IPA, Matematika, Seni Budaya danPrakarya,serta Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan. Dalam Kurikulum
2013, tema sudah disiapkan oleh pemerintah dan sudah dikembangkan menjadi subtema
5. Tahapan
Pembelajaran Tematik Terpadu
1.
Guru harus mengacu pada tema sebagai
pemersatu berbagai muatan pelajaran untuk satu tahun.
2.Guru melakukan analisis Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar
dan membuat
indikator
dengan tetap memperhatikan muatan materi dari Standar Isi.
3. Membuat hubungan pemetaan antara kompetensi dasar dan indikator dengan
tema.
4. Membuat jaringan KD, indikator.
5. Menyusun
silabus
tematik dan
6. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu
dengan menerapkan pendekatan saintifik.
Untuk lebih
jelasnya akan dibahas di bawah ini.
a. Memilih/Menetapkan Tema
Dibawah ini
adalah tema-tema yang telah disiapkan
untuk peserta didik Sekolah Dasar kelas I dan IV serta kelas II dan V pada Kurikulum 2013.
Tabel 1.5 Tema-Tema di Sekolah Dasar
KELAS I
|
KELAS IV
|
||
1.
Diriku
2. Kegemaranku
3. Kegiatanku
4. Keluargaku
5. Pengalamanku
6. Lingkungan Bersih, Sehat, dan Asri
7. Benda, Hewan dan Tanaman di Sekitar
8. Peristiwa alam
|
1.
Indahnya Kebersamaan
2.
Selalu Berhemat Energi
3.
Peduli terhadap Makhluk Hidup
4.
Berbagai Pekerjaan
5.
Pahlawanku
6.
Indahnya Negeriku
7.
Cita-citaku
8.
Tempat Tinggalku
9.
Makananku Sehat dan Bergizi
|
||
KELAS II
|
KELAS V
|
||
|
|
b. Melakukan Analisis SKL, KI,
Kompetensi Dasar dan Membuat Indikator
c. Membuat Hubungan Pemetaan antara
Kompetensi Dasar dan Indikator dengan Tema
d. Membuat Jaringan Kompetensi Dasar
e. Menyusun Silabus Tematik Terpadu
f. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu
B.
PENDEKATAN SAINTIFIK
1. Esensi Pendekatan Saintifik/ Pendekatan Ilmiah
Penalaran
deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik.
Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk
kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif
menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi ide yang lebih luas. Metode
ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail
untuk kemudian merumuskan simpulan umum. Metode ilmiah merujuk pada
teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala,
memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan
sebelumnya.
Untuk
dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method
of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur
dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Metode ilmiah pada umumnya
memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi, eksperimen,
mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji
hipotesis.
2. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah
MenurutPermendikbudNomor 81 ATahun 2013 lampiran IV,
proses
pembelajaranterdiriatas lima pengalamanbelajarpokokyaitu:
a.
mengamati;
b.
menanya;
c.
mengumpulkaninformasi/eksperimen;
d.
mengasosiasikan/mengolah
informasi;
dan
e. mengkomunikasikan.
Tabel1.6KeterkaitanantaraLangkahPembelajarandenganKegiatanBelajardanMaknanya
LangkahPembelajaran
|
KegiatanBelajar
|
KompetensiyangDikembangkan
|
Mengamati
|
Membaca,
mendengar, menyimak, melihat (tanpaataudenganalat)
|
Melatihkesungguhan,
ketelitian, mencariinformasi
|
Menanya
|
Mengajukanpertanyaantentanginformasi
yang tidakdipahamidariapa yang
diamatiataupertanyaanuntukmendapatkaninformasitambahantentangapa yang diamati
(dimulaidaripertanyaanfaktualsampaikepertanyaan
yang bersifathipotetik)
|
Mengembangkankreativitas,
rasa ingintahu, kemampuanmerumuskanpertanyaanuntukmembentukpikirankritis yang
perlu
untukhidupcerdasdanbelajarsepanjanghayat
|
Mengumpulkaninformasi/
eksperimen
|
- melakukaneksperimen
- membacasumber lain
selainbukuteks
- mengamatiobjek/
kejadian/
- aktivitas
- wawancaradengannarasumber
|
Mengembangkansikapteliti,
jujur,sopan, menghargaipendapat orang lain, kemampuanberkomunikasi,
menerapkankemampuanmengumpulkaninformasimelaluiberbagaicara yang dipelajari,
mengembangkankebiasaanbelajardanbelajarsepanjanghayat.
|
Mengasosiasikan/
mengolahinformasi
|
- mengolahinformasi
yang sudahdikumpulkanbaikterbatasdarihasilkegiatanmengumpulkan/eksperimenmau
pun hasildarikegiatanmengamatidankegiatanmengumpulkaninformasi.
- Pengolahaninformasi
yang dikumpulkandari yang
bersifatmenambahkeluasandankedalamansampaikepadapengolahaninformasi yang
bersifatmencarisolusidariberbagaisumber yang memilikipendapat yang
berbedasampaikepada yang bertentangan.
|
Mengembangkansikapjujur,
teliti, disiplin, taataturan, kerjakeras, kemampuanmenerapkanprosedurdankemampuanberpikirinduktifsertadeduktifdalammenyimpulkan
.
|
Mengkomunikasikan
|
Menyampaikanhasilpengamatan,
kesimpulanberdasarkanhasilanalisissecaralisan, tertulis, atau media lainnya
|
Mengembangkansikapjujur,
teliti, toleransi, kemampuanberpikirsistematis, mengungkapkanpendapatdengan
singkatdanjelas,
danmengembangkankemampuanberbahasa yang baikdanbenar.
|
1.
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
a.
Konsep/Definisi
Pembelajaran
Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah model pembelajaran yang menggunakan
proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian,
interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil
belajar.
b.
Fakta Empirik Keberhasilan
Kelebihan dan kekurangan pada penerapan Pembelajaran Berbasis Proyekdapat dijelaskan berikut ini.
Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
1) Meningkatkan motivasi belajar
peserta didik untuk belajar dan mendorong kemampuan mereka untuk melakukan
pekerjaan penting.
2) Meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah.
3) Membuat peserta didik menjadi lebih
aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
4) Meningkatkan kolaborasi.
5) Mendorong peserta didik untuk
mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan berkomunikasi.
6) Meningkatkan keterampilan peserta
didikdalam mengelola sumber.
7) Memberikan pengalaman kepada peserta
didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek dan membuat alokasi
waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
8) Menyediakan pengalaman belajar yang
melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai
dunia nyata.
9) Melibatkan para peserta didik untuk
belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian
diimplementasikan dengan dunia nyata.
10) Membuat suasana belajar menjadi
menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses
pembelajaran.
Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek
1) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan
masalah.
2) Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
3) Banyak guru yang merasa nyaman
dengan kelas tradisional di mana guru memegang peran utama di kelas.
4) Banyaknya peralatan yang harus
disediakan.
5) Peserta didik yang memiliki
kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
6) Ada kemungkinan peserta didik yang
kurang aktif dalam kerja kelompok.
7) Ketika topik yang diberikan kepada
masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami
topik secara keseluruhan
c.
Langkah-langkah Operasional
Langkah langkah
pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dijelaskan dengan diagram
sebagai berikut.
Diagram 1.1 Langkah langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek
d.
Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek
Penilaian pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis Proyek harus diakukan
secara menyeluruh terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
siswa dalam melaksanakan pembelajaran berbasis proyek. Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek dapat menggunakan
teknik penilaian yang dikembangkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan yaitu penilaian proyek atau penilaian produk.
Penilaian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
a)
Pengertian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal
yang perlu dipertimbangkan yaitu:
(1) Kemampuan pengelolaan
(2) Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran,
b)
Teknik Penilaian Proyek
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan,
sampai hasil akhir proyek.
a)
Pengertian
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas
suatu produk.
Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan
penilaian yaitu:
(1) Tahap persiapan,.
(2) Tahap pembuatan produk (proses),.
(3) Tahap penilaian produk (appraisal),
meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang
ditetapkan.
b)
Teknik Penilaian Produk
Penilaian produk biasanya menggunakan cara
holistik atau analitik.
(1) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan
keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal.
(2) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek
produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua
tahap proses pengembangan.
2. Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
a. Konsep/Definisi
1) Pembelajaran berbasis masalah
merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah
2) Pembelajaran berbasis masalah
merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar
bagaimana belajar,” bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari
permasalahan dunia nyata.
adanya pemberian rangsangan berupa
masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan
Berikut ini lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL).
1) Permasalahan sebagai
kajian.
2) Permasalahan sebagai
penjajakan pemahaman.
3) Permasalahan sebagai
contoh.
4) Permasalahan sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari proses.
5) Permasalahan sebagai
stimulus aktivitas autentik.
Peran guru, peserta
didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah
dapat digambarkan berikut ini.
Tabel 1.7 Peran Guru, Peserta Didik dan Masalah
dalam PBL
Guru
sebagai Pelatih
|
Peserta
Didik sebagai Problem Solver
|
Masalah
sebagai Awal Tantangan dan Motivasi
|
o
Asking
about thinking (bertanya tentang pemikiran).
o
Memonitor pembelajaran.
o
Probbing
( menantang peserta didik untuk berpikir ).
o
Menjaga agar peserta didik terlibat.
o
Mengatur dinamika kelompok.
o
Menjaga
berlangsungnya proses.
|
o
Peserta
yang aktif.
o
Terlibat langsung dalam pembelajaran.
o
Membangun pembelajaran.
|
o
Menarik untuk dipecahkan.
o
Menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya
dengan pelajaran yang dipelajari.
|
b. Tahap-tahap Model PBL
Tabel 1.8 Tahapan-Tahapan Model
PBL
FASE-FASE
|
PERILAKU GURU
|
Fase 1
Orientasi
siswa kepada masalah.
|
· Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yg
dibutuhkan.
· Memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pemecahan
masalah yang dipilih.
|
Fase 2
Mengorganisasikan
siswa.
|
Membantu
siswa mendefinisikan danmengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
|
Fase 3
Membimbing
penyelidikan individu dan kelompok.
|
Mendorong
siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
|
Fase 4
Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya.
|
Membantu
siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
model dan berbagi tugas dengan teman.
|
Fase 5
Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
|
Mengevaluasi
hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari /meminta kelompok
presentasi hasil kerja.
|
c. Penilaian Pembelajaran Berbasis Masalah
Penilaian dapat dilakukan dengan portfolio
3. Pembelajaran
Berbasis Penemuan (Discovery Learning)
a.
Definisi/Konsep
Model Discovery Learning adalah didefinisikan sebagai proses pembelajaran
yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk
finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri.
Model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan,
melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan
Fakta Empirik Keberhasilan Pendekatan dalam Proses dan Hasil Pembelajaran
Berdasarkan fakta dan hasil pengamatan,
penerapan pendekatan Discovery Learning
dalam pembelajaran memiliki kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan.
1)
Kelebihan Penerapan Discovery Learning
(a) Membantu
siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan
proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini,
seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
(b) Pengetahuan
yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan
pengertian, ingatan dan transfer.
(c) Menimbulkan
rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
(d) Model
ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan
kecepatannyasendiri.
(e) Menyebabkan
siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan
motivasi sendiri.
(f) Membantu
siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama
dengan yang lainnya.
(g) Berpusat
pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan.
Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam
situasi diskusi.
(h) Membantu
siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah padakebenaran
yang final dan tertentu atau pasti.
(i) Siswa akan mengerti konsep dasar dan
ide-ide lebih baik.
(j) Membantu dan mengembangkan ingatan
dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru.
(k) Mendorong siswa berpikir dan bekerja
atas inisiatif sendiri.
(l) Mendorong siswa berpikir intuisi dan
merumuskan hipotesis sendiri.
(m) Memberikan keputusan yang bersifat
intrinsik.
(n) Situasi proses belajar menjadi lebih
terangsang.
(o) Proses belajar meliputi sesama
aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya.
(p) Meningkatkan tingkat penghargaan
pada siswa.
(q) Kemungkinan siswa belajar dengan
memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
(r) Dapat mengembangkan bakat dan
kecakapan individu.
2)
Kelemahan Penerapan Discovery Learning
(a) Menimbulkan
asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai,
akan mengalami kesulitan abstrak atau berpikir atau mengungkapkan hubungan
antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan
menimbulkan frustasi.
(b)
Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang
banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan
teori atau pemecahan masalah lainnya.
(c)
Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini
dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan
cara-cara belajar yang lama.
(d)
Pengajaran discovery lebih cocok untuk
mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan
emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
(e)
Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang
fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa
(f)
Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk
berpikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu
oleh guru.
b.
Langkah-langkah
Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran
1) Stimulation
(Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
2) Problem
Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah)
3) Data Collection
(Pengumpulan Data)
4) Data Processing (Pengolahan
Data)
5) Verification (Pembuktian)
6) Generalization (Menarik
Kesimpulan/Generalisasi)
c.
Penilaian pada Model
Pembelajaran Discovery Learning
Dapat dilakukan dengan menggunakan tes
maupun nontes, sedangkan penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian
kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa.
D.
PENILAIAN AUTENTIK
1. Pengertian Penilaian Autentik
Penilaian
autentik adalah suatu istilah/terminologi yang diciptakan untuk menjelaskan
berbagai metode penilaian alternatif yang memungkinkan siswa dapat
mendemonstrasikan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas dan
menyelesaikan masalah. Sekaligus, mengekspresikan pengetahuan dan
keterampilannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam
dunia nyata di luar lingkungan
proses
evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap
peserta didik pada aktivitas yang relevan dalam pembelajaran.
2.
Penilaian
Autentik dan Belajar Autentik
Menurut
Ormiston, belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang
dilakukan oleh peserta didik dikaitkan dengan realitas di luar sekolah atau
kehidupan pada umumnya. Penilaian semacam ini cenderung berfokus pada
tugas-tugas kompleks atau kontekstual bagi peserta didik, yang memungkinkan
mereka secara nyata menunjukkan kompetensi atau keterampilan yang dimilikinya.
.
Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria
tertentu seperti disajikan berikut ini.
a.
Mengetahui
bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain
pembelajaran.
b.
Mengetahui
bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan mereka
sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumberdaya memadai
bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan.
c.
Menjadi
pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikan
pemahaman peserta didik.
d.
Menjadi
kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas dengan
menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.
3. Jenis-jenis Penilaian Autentik
a.
Penilaian Sikap
b.
Penilaian
Pengetahuan
Comments
Post a Comment